daun

Sabtu, 13 Oktober 2012

Bekal Awal Seorang Apresiator



Apa sih apresiasi itu?..
Memang banyak sekali pengertian tentang apresiasi dan hal itu pun dalam berbagai versi, tapi yang paling pasti bahwa apresiassi itu adalah tindakan yang dilakukan untuk menikmati suatu hal dan dalam masalah ini kita akan membicarakan tentang apresiasi sastra lalu apa saja yang kita butuhkan untuk untuk menjadi seorang apresiator sastra yang baik.
Menurut Aminuddin, kegiatan apresiasi itu tidak dapat disebut sebagai kegiatan yang sepenuhnya abstrak. Memang dalam mencipta dan menikmati karya sastra kita sebagai apresiator akan dipaksa bergelut dengan banyak hal yang tidak berwujud nyata namun sesungguhnya jika kita telaah lebih lanjut kegiatan mengapresiasikan karya sastra bukanlah hal yang mudah terlebih dalam apresiasi kita dituntut untuk menghadapkan hasil yang kita temukan sebagai seorang apresiator dengan sebuah bukti yang konkret dan mudah dipahami  masyarakat.
Lalu apa saja yang kita perlukan untuk menjadi seorang apresiator yang memenuhi kriteria tersebut?
            Dalam beberapa butir yang dapat ditangkap dari buku Aminuddin untuk memahami dan mengerti bagaimana karya sastra itu,sebagai apresiator kita harus memiliki sikap yang serius dalam mempelajari dan memahami karya sastra namun harus tetap membuat batin merasa riang agar mampu menikmati karya sastra karena untuk mengapresiasi karya sastra apresiator harus dapat menikmati karya sastra yang digelutinya. Selain itu untuk memahami karya sastra apresiator tidak hanya cukup mempelajarinya dari analisis kebahasaannya saja. Karena unsur-unsur karya sastra tentu tidak terlepas dari tiga unsur penting yakni unsur keindahan, unsur kontemplatif yang meliputi agama,politik,filsafat dan permasalahan manusiawi yang lain, sedangkan unsur terakhir adalah media pemaparan, yang dimaksudkan disini antara lain adalah adanya unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra.
Menurut Aminuddin dalam buku Moh Najid. Bekal seorang apresiator tidak akan terlepas dari bekal pengetahuan,bekal pengalaman dan kesiapan diri. Untuk memberikan sebuah bentuk pangapresiasian dalam sebuah karya sastra tentu kita tidak boleh melakukannya dengan sembarangan karena itu kita sebagai apresiator harus memiliki dasar dalam berargumen dan dasar itu tentu adalah sebuah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksudkan disini meliputi pengetahuan tentang karakteristik karya sastra, pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan tentang unsur-unsur prosa fiksi,pengetahuan tentang sejarah prosa fiksi,pengetahuan tentang manusia,dan pengetahuan tentang kehidupan.
Bekal lain yang harus dimiliki seorang apresiator adalah bekal pengalaman,tentu apalah arti sebuah pengetahuan tanpa pengalaman. Bekal pangalaman dibedakan menjadi dua yakni bekal pengalaman hidup yang dimiliki oleh apresiator dan bekal pengalaman yang dimiliki apresiator berdasarkan kadar cintanya terhadap karya satra dan pengalaman dalam menggeluti karya sastra itu sendiri. Semakin banyaknya pengalaman hidup dan pengalaman dalam menggeluti karya karya sastra tentu akan memunculkan pengetahuan baru dalam pengapresiasian karya sastra itu sendiri dan tentu saja hasil apresiasinya tidak akan pendek dan akan lebih menyeluruh.
Bekal selanjutnya yang harus dimiliki seorang apresiator adalah bekal kesiapan diri. Kesiapan diri yang dimaksud disini bukan hanya kesiapan diri secara fisik saja namun juga kesiapan batin yang harus dimiliki oleh seorang apresiator. Secara fisik tentu kesiapannya adalah kesehatan dan kebugaran tubuh, namun secara batin kesiapan yang harus dimiliki untuk menjadi apresiator yang baik adalah kestabilan emosi,pemusatan pikiran, dan kesiapan pikiran. Bekal batin ini tentu saling berkaitan satu sama lain karena dengan mengabungkan ketiga komponen penting dalam pengapresian ini tentu akan membuat apresiator tidak akan mencampur adukkan antara emosi sehingga akan dengan mudah menerima apa maksud dalam karya sastra tersebut, sedangkan pemusatan pikiran mampu membuat apresiator untuk tidak memecah perhatiannya dalam menerima dan mengahayati karya sastra dan kesiapan pikiran yang dimaksud disini agar apresiator mampu mengaitkan dan memikirkan hal-hal yang terkandung dalam karya sastra yang merupakan awal dari munculnya sikap kritis dan objektif yang memang harus dimiliki seorang apresiator

hakikat apresiasi



            Ketika berbicara tentang hakikat kita sebagai manusia tentu memiliki pemahaman masing-masing terutama jika hakikat yang dimaksud disini adalah hakikat apresiasi seperti apa yang ingin dibahas disini.
            Secara umum tentu saja apresiasi bermakna penghargaan. Namun secara leksikal apresiasi mengarah kepada pengertian, dan pemahaman. Menurut Effendi (1993) apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra.  Menurut Aminuddin apresiasi adalah menggauli karya sastra yang selalu sarat dengan keindahan tidak jauh berbeda dengan pendapat Jakob sumardjo yang juga mengatakan bahwa hakikat apresiasi tidak pernah terlepas dari keindahan. Sedangkan menurut pendapat Joko saryono hakikat apresiasi itu sendiri adalah sebuah penikmatan.
            Kegiatan apresiasi ini bukanlah sebuah kegiatan yang abstrak, memang karya sastra bukan sesuatu yang pasti dan konstan tapi karya sastra sesungguh harus selalu menghasilkan sesuatu yang konkret. Konkretnya karya sastra tentu akan melahirkan karya sastra yang menarik bagus dan tidak asal-asalan. Apresiasi dapat tumbuh sesuai dengan intensitas karya sastra yang berhasil digauli oleh apresiator, menurut para apresiator keadaan mengauli karya sastra dapat memunculkan kepuasan secara rohani karena terjadinya interaksi dan memunculkan keakraban antar apresiator dan karya sastra itu sendiri.
            Kegiatan apresiasi dalam sastra tidak pernah terlepas dari tiga aspek penting untuk mengapresiasi karya sastra. Tiga aspek penting ini  adalah aspek kognitif, aspek kognitif adalah aspek yang melibatkan tingkat intelektual pembaca untuk memahami karya sastra. Aspek kedua adalah aspek evaluatif,aspek evaluatif adalah aspek yang melibatkan penilaian pembaca terhadap suatu karya sastra sedangkan aspek terakhir adalah aspek emotif, aspek emotif adalah dimana ketika pembaca melibatkan perasaan saat mengapresiasi karya sastra.
            Suatu bentuk apresiasi itu indah, terlebih dalam hal sastra jika unsur-unsur yang terkandung didalamnya telah memenuhi syarat-syarat keindahan. Menurut Jakob Sumardjo syarat-syarat keindahan yang dimaksudkan disini adalah keindahan, keselarasan, keseimbangan, penekanan,dan yang tak kalah penting adalah adanya anggapan bahwa sastra adalah seni. Cukup kontras dengan pendapat Aminuddin yang mengatakan bahwa keindahan adalah salah satu unsur terpenting dalam sastra dan tidak berdiri sendiri.
            Dalam buku Moh Najid adanya kegiatan memahami karya sastra ada empat langkah penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah adanya penghayatan yang dilakukan oleh pembaca secara intensif yakni dengan membaca karya sastra secara berulang-ulang,adanya interpretasi atau penafsiran karya sastra dari para apresiator untuk memahami karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu sendiri, yang ketiga adalah adanya analisis yakni penguraian-penguraian terhadap suatu karya sastra berdasarkan elemen-elemen pembagun karya sastra baik unsur yang intrinsik maupun ekstrinsik. Dan yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah adanya evaluasi berdasarkan kadar artistika dan estetika kkarya sastra serta keberhasilannya.
            Sejujurnya adanya pertentangan dalam pemahaman hakikat apresiasi itu tentu saja wajar karena adanya pendapat yang berbeda-beda. Penangkapan informasi dalam diri individu selalu saja berbeda dan hal itu yang kemudia memunculkan pertentangan pendapat tergantung dari sisi mana orang itu memahami hal yang disampaikan.




hakikat apresiasi



            Ketika berbicara tentang hakikat kita sebagai manusia tentu memiliki pemahaman masing-masing terutama jika hakikat yang dimaksud disini adalah hakikat apresiasi seperti apa yang ingin dibahas disini.
            Secara umum tentu saja apresiasi bermakna penghargaan. Namun secara leksikal apresiasi mengarah kepada pengertian, dan pemahaman. Menurut Effendi (1993) apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra.  Menurut Aminuddin apresiasi adalah menggauli karya sastra yang selalu sarat dengan keindahan tidak jauh berbeda dengan pendapat Jakob sumardjo yang juga mengatakan bahwa hakikat apresiasi tidak pernah terlepas dari keindahan. Sedangkan menurut pendapat Joko saryono hakikat apresiasi itu sendiri adalah sebuah penikmatan.
            Kegiatan apresiasi ini bukanlah sebuah kegiatan yang abstrak, memang karya sastra bukan sesuatu yang pasti dan konstan tapi karya sastra sesungguh harus selalu menghasilkan sesuatu yang konkret. Konkretnya karya sastra tentu akan melahirkan karya sastra yang menarik bagus dan tidak asal-asalan. Apresiasi dapat tumbuh sesuai dengan intensitas karya sastra yang berhasil digauli oleh apresiator, menurut para apresiator keadaan mengauli karya sastra dapat memunculkan kepuasan secara rohani karena terjadinya interaksi dan memunculkan keakraban antar apresiator dan karya sastra itu sendiri.
            Kegiatan apresiasi dalam sastra tidak pernah terlepas dari tiga aspek penting untuk mengapresiasi karya sastra. Tiga aspek penting ini  adalah aspek kognitif, aspek kognitif adalah aspek yang melibatkan tingkat intelektual pembaca untuk memahami karya sastra. Aspek kedua adalah aspek evaluatif,aspek evaluatif adalah aspek yang melibatkan penilaian pembaca terhadap suatu karya sastra sedangkan aspek terakhir adalah aspek emotif, aspek emotif adalah dimana ketika pembaca melibatkan perasaan saat mengapresiasi karya sastra.
            Suatu bentuk apresiasi itu indah, terlebih dalam hal sastra jika unsur-unsur yang terkandung didalamnya telah memenuhi syarat-syarat keindahan. Menurut Jakob Sumardjo syarat-syarat keindahan yang dimaksudkan disini adalah keindahan, keselarasan, keseimbangan, penekanan,dan yang tak kalah penting adalah adanya anggapan bahwa sastra adalah seni. Cukup kontras dengan pendapat Aminuddin yang mengatakan bahwa keindahan adalah salah satu unsur terpenting dalam sastra dan tidak berdiri sendiri.
            Dalam buku Moh Najid adanya kegiatan memahami karya sastra ada empat langkah penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah adanya penghayatan yang dilakukan oleh pembaca secara intensif yakni dengan membaca karya sastra secara berulang-ulang,adanya interpretasi atau penafsiran karya sastra dari para apresiator untuk memahami karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu sendiri, yang ketiga adalah adanya analisis yakni penguraian-penguraian terhadap suatu karya sastra berdasarkan elemen-elemen pembagun karya sastra baik unsur yang intrinsik maupun ekstrinsik. Dan yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah adanya evaluasi berdasarkan kadar artistika dan estetika kkarya sastra serta keberhasilannya.
            Sejujurnya adanya pertentangan dalam pemahaman hakikat apresiasi itu tentu saja wajar karena adanya pendapat yang berbeda-beda. Penangkapan informasi dalam diri individu selalu saja berbeda dan hal itu yang kemudia memunculkan pertentangan pendapat tergantung dari sisi mana orang itu memahami hal yang disampaikan.