Ketika berbicara tentang hakikat
kita sebagai manusia tentu memiliki pemahaman masing-masing terutama jika
hakikat yang dimaksud disini adalah hakikat apresiasi seperti apa yang ingin
dibahas disini.
Secara umum tentu saja apresiasi
bermakna penghargaan. Namun secara leksikal apresiasi mengarah kepada
pengertian, dan pemahaman. Menurut Effendi (1993) apresiasi adalah kegiatan
menggauli karya sastra. Menurut
Aminuddin apresiasi adalah menggauli karya sastra yang selalu sarat dengan
keindahan tidak jauh berbeda dengan pendapat Jakob sumardjo yang juga
mengatakan bahwa hakikat apresiasi tidak pernah terlepas dari keindahan.
Sedangkan menurut pendapat Joko saryono hakikat apresiasi itu sendiri adalah
sebuah penikmatan.
Kegiatan apresiasi ini bukanlah
sebuah kegiatan yang abstrak, memang karya sastra bukan sesuatu yang pasti dan
konstan tapi karya sastra sesungguh harus selalu menghasilkan sesuatu yang
konkret. Konkretnya karya sastra tentu akan melahirkan karya sastra yang
menarik bagus dan tidak asal-asalan. Apresiasi dapat tumbuh sesuai dengan
intensitas karya sastra yang berhasil digauli oleh apresiator, menurut para
apresiator keadaan mengauli karya sastra dapat memunculkan kepuasan secara
rohani karena terjadinya interaksi dan memunculkan keakraban antar apresiator
dan karya sastra itu sendiri.
Kegiatan apresiasi dalam sastra tidak
pernah terlepas dari tiga aspek penting untuk mengapresiasi karya sastra. Tiga
aspek penting ini adalah aspek kognitif,
aspek kognitif adalah aspek yang melibatkan tingkat intelektual pembaca untuk
memahami karya sastra. Aspek kedua adalah aspek evaluatif,aspek evaluatif adalah
aspek yang melibatkan penilaian pembaca terhadap suatu karya sastra sedangkan
aspek terakhir adalah aspek emotif, aspek emotif adalah dimana ketika pembaca
melibatkan perasaan saat mengapresiasi karya sastra.
Suatu bentuk apresiasi itu indah,
terlebih dalam hal sastra jika unsur-unsur yang terkandung didalamnya telah
memenuhi syarat-syarat keindahan. Menurut Jakob Sumardjo syarat-syarat
keindahan yang dimaksudkan disini adalah keindahan, keselarasan, keseimbangan,
penekanan,dan yang tak kalah penting adalah adanya anggapan bahwa sastra adalah
seni. Cukup kontras dengan pendapat Aminuddin yang mengatakan bahwa keindahan
adalah salah satu unsur terpenting dalam sastra dan tidak berdiri sendiri.
Dalam buku Moh Najid adanya kegiatan
memahami karya sastra ada empat langkah penting yang perlu diperhatikan. Yang
pertama adalah adanya penghayatan yang dilakukan oleh pembaca secara intensif
yakni dengan membaca karya sastra secara berulang-ulang,adanya interpretasi
atau penafsiran karya sastra dari para apresiator untuk memahami karya sastra
berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu sendiri, yang ketiga adalah adanya
analisis yakni penguraian-penguraian terhadap suatu karya sastra berdasarkan
elemen-elemen pembagun karya sastra baik unsur yang intrinsik maupun
ekstrinsik. Dan yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah adanya evaluasi berdasarkan
kadar artistika dan estetika kkarya sastra serta keberhasilannya.
Sejujurnya adanya pertentangan dalam
pemahaman hakikat apresiasi itu tentu saja wajar karena adanya pendapat yang
berbeda-beda. Penangkapan informasi dalam diri individu selalu saja berbeda dan
hal itu yang kemudia memunculkan pertentangan pendapat tergantung dari sisi
mana orang itu memahami hal yang disampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar