daun

Sabtu, 13 Oktober 2012

hakikat apresiasi



            Ketika berbicara tentang hakikat kita sebagai manusia tentu memiliki pemahaman masing-masing terutama jika hakikat yang dimaksud disini adalah hakikat apresiasi seperti apa yang ingin dibahas disini.
            Secara umum tentu saja apresiasi bermakna penghargaan. Namun secara leksikal apresiasi mengarah kepada pengertian, dan pemahaman. Menurut Effendi (1993) apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra.  Menurut Aminuddin apresiasi adalah menggauli karya sastra yang selalu sarat dengan keindahan tidak jauh berbeda dengan pendapat Jakob sumardjo yang juga mengatakan bahwa hakikat apresiasi tidak pernah terlepas dari keindahan. Sedangkan menurut pendapat Joko saryono hakikat apresiasi itu sendiri adalah sebuah penikmatan.
            Kegiatan apresiasi ini bukanlah sebuah kegiatan yang abstrak, memang karya sastra bukan sesuatu yang pasti dan konstan tapi karya sastra sesungguh harus selalu menghasilkan sesuatu yang konkret. Konkretnya karya sastra tentu akan melahirkan karya sastra yang menarik bagus dan tidak asal-asalan. Apresiasi dapat tumbuh sesuai dengan intensitas karya sastra yang berhasil digauli oleh apresiator, menurut para apresiator keadaan mengauli karya sastra dapat memunculkan kepuasan secara rohani karena terjadinya interaksi dan memunculkan keakraban antar apresiator dan karya sastra itu sendiri.
            Kegiatan apresiasi dalam sastra tidak pernah terlepas dari tiga aspek penting untuk mengapresiasi karya sastra. Tiga aspek penting ini  adalah aspek kognitif, aspek kognitif adalah aspek yang melibatkan tingkat intelektual pembaca untuk memahami karya sastra. Aspek kedua adalah aspek evaluatif,aspek evaluatif adalah aspek yang melibatkan penilaian pembaca terhadap suatu karya sastra sedangkan aspek terakhir adalah aspek emotif, aspek emotif adalah dimana ketika pembaca melibatkan perasaan saat mengapresiasi karya sastra.
            Suatu bentuk apresiasi itu indah, terlebih dalam hal sastra jika unsur-unsur yang terkandung didalamnya telah memenuhi syarat-syarat keindahan. Menurut Jakob Sumardjo syarat-syarat keindahan yang dimaksudkan disini adalah keindahan, keselarasan, keseimbangan, penekanan,dan yang tak kalah penting adalah adanya anggapan bahwa sastra adalah seni. Cukup kontras dengan pendapat Aminuddin yang mengatakan bahwa keindahan adalah salah satu unsur terpenting dalam sastra dan tidak berdiri sendiri.
            Dalam buku Moh Najid adanya kegiatan memahami karya sastra ada empat langkah penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah adanya penghayatan yang dilakukan oleh pembaca secara intensif yakni dengan membaca karya sastra secara berulang-ulang,adanya interpretasi atau penafsiran karya sastra dari para apresiator untuk memahami karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu sendiri, yang ketiga adalah adanya analisis yakni penguraian-penguraian terhadap suatu karya sastra berdasarkan elemen-elemen pembagun karya sastra baik unsur yang intrinsik maupun ekstrinsik. Dan yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah adanya evaluasi berdasarkan kadar artistika dan estetika kkarya sastra serta keberhasilannya.
            Sejujurnya adanya pertentangan dalam pemahaman hakikat apresiasi itu tentu saja wajar karena adanya pendapat yang berbeda-beda. Penangkapan informasi dalam diri individu selalu saja berbeda dan hal itu yang kemudia memunculkan pertentangan pendapat tergantung dari sisi mana orang itu memahami hal yang disampaikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar