daun

Selasa, 14 Mei 2013

sastra itu


Mengenal Sastra Secara Singkat
Tidak dapat dipungkiri dalam setiap saat manusia hidup dan tinggal dalam sebuah suasana yang berbeda, suasana itu juga diperlukan sebagai tempat berlatih dan belajar. Termasuk dalam usaha untuk menikmati suatu karya khususnya karya sastra. Karya sastra adalah sebuah aliran seni yang sudah dikembangkan oleh banyak orang dengan kemampuan mengapresiaasi sebuah cipta sastra akan banyak manfaat yang muncul berkenaan dengan hal tersebut. Sastra adalah tempat dimana perang argumen dapat muncul secara bebas sesuai dengan penafsiran masing-masing pembaca.
Sastra sendiri memiliki banyak jenis, antara lain sastra dalam wujud prosa fiksi, sastra yang lahir dalam wujud puisi dan sastra yang disebut dengan drama. Prosa fiksi disini mencakup tentang cerpen-cerpen yang lebih sering berbentuk fiksi dan juga tentang prosa.sedangkan puisi tentu tidak perlu lagi dijelaskan karena sudah banyak yang mendongengkan tentang puisi bukan?. Dan yang terakhir adalah drama, drama merupakan ‘seni lakon’ drama sendiri dapat dibagi atas dua tema yakni drama dengan kiblat ‘teks art’ dan drama sebagai ‘performe art’. Karena itu drama memiliki kekhasan yang berbeda dengan sastra-sastra yang lain.
Selain itu drama yang mampu hidup dalam dua dunia menambah daya khas dalam drama yakni sastra dan seni pertunjukan(teater) itulah alasan mengapa drama juga disebut sebagai seni lakon. Drama juga dapat lahir dalam dua ekspresi yakni ekspresi tulis dan ekspresi lisan, karena drama dapat dinikmati sebagai naskah drama yang dibaca (ekspresi tulis) dan juga dapat dinikmati dalam pembacaan naskah drama ketika drama itu merupakan suatu wujud ekspresi lisan. Drama juga lebih fleksibel karena dapat berpadu dengan apa saja bergantung pada media yang ada atau digunakan. Seperti halnya drama radio,drama televisi, seni pertunjukan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan.
Selain hal-hal yang sebelumnya telah dipaparkan diatas drama juga memiliki ciri pada penilaian. Drama memiliki banyak juri misalnya saja penilaian penonton dan penilaian yang dilakukan oleh sesama teman tampil (pemain-pemain drama). Drama sendiri lahir dalam teori mimesis yang menghendaki penalaran dan realisme dalam drama karena drama dalam perlakuannya digunakan sebagai teks sastra yang ‘hanya sementara ditulis’ karena waktu yang terbatas setiap drama juga harus dikerucutkan dalam satu hal padat yang lebih realistis. Menulis drama tidak sama dengan menulis prosa fiksi, drama cenderung lebih kompleks dan masih mengandalkan unsur tradisi khususnya tradisi sastra. Tradisi yang dimaksud disini adalah Sesuatu yang dapat diubah dan berubah karena munculnya karya-karya baru.
Sebelum mempelajari lebih lanjut ada beberapa hal yang harus dimiliki agar dapat menikmati karya sastra dengan lebih asyik lagi, hal ini bolehlah kita sebut dengan Bekal Awal Seorang Apresiator. Bekal awal sendiri adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki sebelum berani menginjak ranah yang lebih tinggi, bekal awal yang harus dimiliki ini tentu akan membawa seorang apresiator dalam taraf yang lebih baik,
seorang apresiator haruslah membekali dirinya dengan pengetahuan karena pengetahuan itu sangat luas maka seorang apresiator haruslah cukup memiliki pengetahuan mengenai karakteristik karya sastra yakni berkaitan dengan karya sastra yang akan diapresiasikan, pengetahuan tentang manusia karena suatu karya sastra tidak akan pernah terlepas dari sisi kehidupan manusia juga terkait dengan pengetahuan tentang masyarakat dan nilai-nilai kebudadyaan yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Pengetahuan tentang kehidupan di butuhkan agar seorang apresiator dapat lebih peka dengan tanda-tanda dalam kehidupan dan oengetahuan tentang bahasa merupakan bagian vital yang lain yakni agar seorang apresiator mampu mendalamkan karyanya berdasarkan bahasa yang berbobot , selain itu seorang apresiator juga harus membawa kemauan,kesediaan,dan ketetapan hati untuk mulai bergelut dengan sastra tentu tak dapat dipungkiri bukan, sebelum bergelut dengan sastra ada baiknya memunculkan niat dan minat untuk menikmati suatu cipta sastra.
Perasaan, keyakinan dan sifat yang positif juga merupakan dorongan untuk seorang apresiator agar mampu muncul dan berkembang sesuai dengan apa yang didapatnya dari sebuah cipta sastra dengan perasaan yang senang dan positif dan dari semua pengetahuan diatas, bekal yang sama sekali tidak boleh ditanggalkan adalah bekal pengetahuan terhadap sastra yang dimiliki oleh seorang apresiator
Setelah mengenal genre-genre sastra dan juga mengetahui apa saja yang harus dimiliki oleh seorang penikmat sastra khususnya seorang apresiator ulasan ini akan berkembang pada ulasan singkat terkait dengan pentingnya sebuah pendekatan.
Pendekatan dalam sebuah cipta sastra sama halnya dengan sebuah denah untuk mencapai suatu lokasi tujuan dan apresiasi adalah tujuan utamanya. Sebelum seorang apresiator mampu menemukan jalan dalam sebuah apresiasi yang kuat maka seorang apresiator harus mengetahui dan melihat denah dan petunjuk jalan agar tidak tersesat, meskipun seorang apresiator itu memiliki sebuah bekal jika ia tak memiliki denah maka penjalanannya menuju sebuah kenikmatan apresiasi akan berkurang terlebih dengan pendekatan seorang apresiator pemula tidak perlu berpusing-pusing memikirkan teori teori dalam sasrtra yang beranehka ragam, karena dalam sebuah apresiasi belum harus menggunbakan teorui, karena penggunaan teori dapat memengaruhi sebuah apresiasi dan tebih menjurus pada pengkajian, .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar