Mengenal Sastra Secara Singkat
Tidak
dapat dipungkiri dalam setiap saat manusia hidup dan tinggal dalam sebuah
suasana yang berbeda, suasana itu juga diperlukan sebagai tempat berlatih dan
belajar. Termasuk dalam usaha untuk menikmati suatu karya khususnya karya
sastra. Karya sastra adalah sebuah aliran seni yang sudah dikembangkan oleh
banyak orang dengan kemampuan mengapresiaasi sebuah cipta sastra akan banyak
manfaat yang muncul berkenaan dengan hal tersebut. Sastra adalah tempat dimana
perang argumen dapat muncul secara bebas sesuai dengan penafsiran masing-masing
pembaca.
Sastra
sendiri memiliki banyak jenis, antara lain sastra dalam wujud prosa fiksi,
sastra yang lahir dalam wujud puisi dan sastra yang disebut dengan drama. Prosa
fiksi disini mencakup tentang cerpen-cerpen yang lebih sering berbentuk fiksi
dan juga tentang prosa.sedangkan puisi tentu tidak perlu lagi dijelaskan karena
sudah banyak yang mendongengkan tentang puisi bukan?. Dan yang terakhir adalah
drama, drama merupakan ‘seni lakon’ drama sendiri dapat dibagi atas dua tema
yakni drama dengan kiblat ‘teks art’ dan drama sebagai ‘performe art’. Karena
itu drama memiliki kekhasan yang berbeda dengan sastra-sastra yang lain.
Selain
itu drama yang mampu hidup dalam dua dunia menambah daya khas dalam drama yakni
sastra dan seni pertunjukan(teater) itulah alasan mengapa drama juga disebut
sebagai seni lakon. Drama juga dapat lahir dalam dua ekspresi yakni ekspresi
tulis dan ekspresi lisan, karena drama dapat dinikmati sebagai naskah drama
yang dibaca (ekspresi tulis) dan juga dapat dinikmati dalam pembacaan naskah
drama ketika drama itu merupakan suatu wujud ekspresi lisan. Drama juga lebih
fleksibel karena dapat berpadu dengan apa saja bergantung pada media yang ada
atau digunakan. Seperti halnya drama radio,drama televisi, seni pertunjukan dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan.
Selain
hal-hal yang sebelumnya telah dipaparkan diatas drama juga memiliki ciri pada
penilaian. Drama memiliki banyak juri misalnya saja penilaian penonton dan
penilaian yang dilakukan oleh sesama teman tampil (pemain-pemain drama). Drama
sendiri lahir dalam teori mimesis yang menghendaki penalaran dan realisme dalam
drama karena drama dalam perlakuannya digunakan sebagai teks sastra yang ‘hanya
sementara ditulis’ karena waktu yang terbatas setiap drama juga harus
dikerucutkan dalam satu hal padat yang lebih realistis. Menulis drama tidak sama
dengan menulis prosa fiksi, drama cenderung lebih kompleks dan masih
mengandalkan unsur tradisi khususnya tradisi sastra. Tradisi yang dimaksud
disini adalah Sesuatu yang dapat diubah dan berubah karena munculnya
karya-karya baru.
Sebelum
mempelajari lebih lanjut ada beberapa hal yang harus dimiliki agar dapat menikmati
karya sastra dengan lebih asyik lagi, hal ini bolehlah kita sebut dengan Bekal
Awal Seorang Apresiator. Bekal awal sendiri adalah pengetahuan dasar yang harus
dimiliki sebelum berani menginjak ranah yang lebih tinggi, bekal awal yang
harus dimiliki ini tentu akan membawa seorang apresiator dalam taraf yang lebih
baik,
seorang
apresiator haruslah membekali dirinya dengan pengetahuan karena pengetahuan itu
sangat luas maka seorang apresiator haruslah cukup memiliki pengetahuan
mengenai karakteristik karya sastra yakni berkaitan dengan karya sastra yang
akan diapresiasikan, pengetahuan tentang manusia karena suatu karya sastra
tidak akan pernah terlepas dari sisi kehidupan manusia juga terkait dengan
pengetahuan tentang masyarakat dan nilai-nilai kebudadyaan yang berkembang
dalam masyarakat tersebut.
Pengetahuan
tentang kehidupan di butuhkan agar seorang apresiator dapat lebih peka dengan
tanda-tanda dalam kehidupan dan oengetahuan tentang bahasa merupakan bagian
vital yang lain yakni agar seorang apresiator mampu mendalamkan karyanya
berdasarkan bahasa yang berbobot , selain itu seorang apresiator juga harus
membawa kemauan,kesediaan,dan ketetapan hati untuk mulai bergelut dengan sastra
tentu tak dapat dipungkiri bukan, sebelum bergelut dengan sastra ada baiknya
memunculkan niat dan minat untuk menikmati suatu cipta sastra.
Perasaan,
keyakinan dan sifat yang positif juga merupakan dorongan untuk seorang
apresiator agar mampu muncul dan berkembang sesuai dengan apa yang didapatnya
dari sebuah cipta sastra dengan perasaan yang senang dan positif dan dari semua
pengetahuan diatas, bekal yang sama sekali tidak boleh ditanggalkan adalah
bekal pengetahuan terhadap sastra yang dimiliki oleh seorang apresiator
Setelah
mengenal genre-genre sastra dan juga mengetahui apa saja yang harus dimiliki
oleh seorang penikmat sastra khususnya seorang apresiator ulasan ini akan
berkembang pada ulasan singkat terkait dengan pentingnya sebuah pendekatan.
Pendekatan
dalam sebuah cipta sastra sama halnya dengan sebuah denah untuk mencapai suatu
lokasi tujuan dan apresiasi adalah tujuan utamanya. Sebelum seorang apresiator
mampu menemukan jalan dalam sebuah apresiasi yang kuat maka seorang apresiator
harus mengetahui dan melihat denah dan petunjuk jalan agar tidak tersesat,
meskipun seorang apresiator itu memiliki sebuah bekal jika ia tak memiliki
denah maka penjalanannya menuju sebuah kenikmatan apresiasi akan berkurang
terlebih dengan pendekatan seorang apresiator pemula tidak perlu
berpusing-pusing memikirkan teori teori dalam sasrtra yang beranehka ragam,
karena dalam sebuah apresiasi belum harus menggunbakan teorui, karena
penggunaan teori dapat memengaruhi sebuah apresiasi dan tebih menjurus pada
pengkajian, .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar